BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014).
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya AKI dan angka kematian bayi (AKB) yang ada di Indonesia. AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100 ribu kelahiran hidup (KH) yang jauh diatas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170/100 ribu KH, Thailand 44/100 ribu KH (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI tercatat 359/100 ribu KH. Tercatat kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang tercatat 228/100 ribu KH. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102/100 ribu KH dan AKB menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23/1000 KH.
Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan AKI tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100 ribu KH, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100 ribu KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil SP 2010 sebesar 259/100 ribu KH.
Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari 77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, namun
peningkatan ini terkesan lambat karena peningkatkannya hanya sekitar 2% setiap tahun. Dengan peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu 95% tahun 2015. Satu-satunya daerah yang telah menjadi K4 yaitu 95% yaitu Kabupaten Deli Serdang dengan cakupan K4 sebesar 95,92% (Dinkes ProvSu, 2013).
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu hamil apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan kecendrungan peningkatan, yaitu dari 77,95% pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,78% pada tahun 2012, angka ini juga belum mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015.
Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah persalian dan 50% kematian terjadi pada masa nifas 24 jam pertama (Wilandari, 2011).
Pada tahun 2012, rata-rata cakupan pelayanan ibu nifas di provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 87,39%, angka ini hanya mengalami peningkatan sebesar 0,19% dibandingkan tahun 2011 yaitu 87,10%. Dengan besar peningkatkan tidak sampai 1% setiap tahun, sangat dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015.
Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota, dari 259.320 bayi lahir hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan AKB di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 KH pada tahun 2012. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan.
Keberhasilan program keluarga berencana (KB) diukur dengan beberapa indikator, diantaranya proporsi peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB Aktif terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sampai tahun 2012, berdasarkan data pada profil kesehatan kab/kota , jumlah peserta KB baru adalah sebesar 19,44% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu 14,08%, tahun 2010 yaitu 17,05% dan tahun 2009 yaitu 14,58%.
Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran) (Depkes, 2010). Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga. Salah satu upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Depkes, 2010).
Menurut Depkes tahun 2010, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang dimiliki – tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu, upaya pemerintah dibuat sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan continuity care (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang telah saya lakukan kepada ibu Andini dengan usia kehamilan 28 minggu, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) mulai dari masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB di RB Bidan M Br Tarigan AmKeb Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval dan asuhan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang dilakukan di RB M Beureunuen Kec. Mutiara Kab. Pidie. Sigli tahun 2016.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
2. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas
4. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
5. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB)
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi
dalam memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity
care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga
berencana.
1.4.2 Bagi Klinik
Sebagai bahan masukan/informasi mengenai pengetahuan tentang asuhan
kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan
penelitian serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan keluarga berencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28 minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36 minggu) (Mangkuji, 2012).
2.1.2 Fisiologi Kehamilan
1. Tanda-tanda kehamilan
Terlambat menstruasi, mual-mual, perubahan selera makan dan lebih menyukai makanan-makanan tertentu, perubahan-perubahan pada payudara, sering kencing, kelelahan, bertambahnya dischange (lendir) di vagina.
2. Lama kehamilan
Jika siklus menstruasi anda rata-rata 28 hari, maka masa pembuahan terjadi sekitar hari ke-14 dan bukan merupakan hari pertama kehamilan anda. Skala waktu ini menunjukkan bahwa kehamilan, yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak pembuahan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari (Stoppart, 2011). Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin di dalam kandungan mulai dari Trimester III (TM-III) (Stoppart, 2011):
a) Minggu ke-28
Kulit pada perut anda menjadi sangat tegang dan tipis, serta terlihat amat kencang. Kepala janin anda kini menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya. Lemak mulai menumpuk dan sebuah zat lemak, yakni vernix, menutupi kulit janin anda, sehingga ia tidak lembab di dalam cairan amnionnya. Panjang janin 37 cm (14 in), dan beratnya 900 gram.
b) Minggu ke-32
Anda akan merasa sangat lelah dan sulit bernafas. Gerakan-gerakan janin dapat dirasakan dan dilihat dengan jelas dengan USG. Ketika rahim naik, anda mungkin akan merasakan sakit di tulang rusuk bagian bawah karena janin dan rahim menekan ke atas di bawah diafragma. Pusar anda akan terlihat rata dengan permukaan perut dan linea nigra akan tampak jelas menggurat ke bawah pada perut anda. Janin telah terbentuk sempurna dan dalam kebanyakan kasus, posisi kepala berada di bawah. Plasenta mencapai kematanganya. Panjang janin 40,5 cm (16 in), dan beratnya 1,6 kg.
c) Minggu ke-36
Kepala janin akan menekan-nekan. Tekanan-tekanan ini akan meredakan masalah pernafasan, tetapi mungkin anda akan merasakan sakit di sekitar panggul. Urin kembali bertambah banyak. Naluri keibuan menjadi sangat kuat. kontraksi braxton hicks (gerakan-gerakan lemah yang tidak menyakitkan selama kehamilan). Payudara anda tidak akan membesar sampai ASI keluar setelah anda melahirkan. Janin sudah turun ke bawah. Selaput pelangi mata janin kini berwarna biru. Kuku-kuku jari sudah tumbuh sampai di ujung jari. Panjang janin 46 cm (18 in), dan beratnya 2,6 kg.
d) Minggu ke-40
Kepala janin sudah di dalam posisi sangat ke bawah. Gerakan-gerakan janin menurun karena ruangan rahim menjadi sempit, tetapi pukulan tangan dan tendangan kaki yang kuat masih dapat dirasakan. Panjang janin sekitar 51 cm (20 in), dan beratnya rata-rata 3,4 kg. Pada janin laki-laki, nuah pelir sudah turun.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan fisiologis tinggi fundus uteri (TFU) dengan menggunakan pita sentimeter Mc. Donalds dan dengan menggunakan palpasi leopold:
Tabel 2. 1
Perubahan
TFU dalam Kehamilan
No.
|
Tinggi
Fundus Uteri (cm)
|
Tinggi
Fundus Uteri (Leopold)
|
Umur
Kehamilan (minggu)
|
1
|
12
|
3 jari
atas simfisis
|
12
|
2
|
16
|
Pertengahan
pusat dan simfisis
|
16
|
3
|
20
|
3 jari
bawah pusat
|
20
|
4
|
24
|
Sepusat
|
24
|
5
|
28
|
3 jari
atas pusat
|
28
|
6
|
32
|
Pertengahan
pusat dan processus xifoideus (px)
|
32
|
7
|
36
|
1-2 jari
bawah px
|
36
|
8
|
40
|
2-3 jari
bawah px
|
40
|
Sumber: Sarwono, 2010; Walyani, 2015
3. Kebutuhan ibu hamil
Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa hamil TM-III (Hani, 2011) :
a) Oksigen
Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%. Ibu hamil sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen.
b) Nutrisi
Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal per hari.
c) Personal Hygiene
Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2 x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam, menjaga kebersihan payudara.
d) Pakaian
Longgar, nyaman, dan mudah di pergunakan, gunakan kutang/ BH dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, Tidak memakai sepatu tumit tinggi, sepatu berhak rendah, baik untuk punggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan pada kaki.
e) Eliminasi
Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam hingga menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di kurangi, gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman, setiap habis BAB dan BAK cebok dengan baik.
f) Seksual
Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita hamil, sebaiknya menggunakan kondom karena prostatglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi, lakukanlah dalam frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali seminggu.
g) Mobilisasi dan Body Mekanik
Melakukan latihan/ senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan melakukan gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat, jongkok lah terlebih dahulu lalu kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat tidur.
h) Istirahat atau Tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/ tidur yang cukup. Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan tidur siang lebih kurang 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susah tidur kerena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal paha diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung hingga pinggang juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan.
2.1.3 Asuhan Kehamilan
Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip head to toe, melakukan pemeriksaan vital signs, pemeriksaan leopold, medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) (Kusmiyati, 2010).
Asuhan ibu hamil berbeda setiap kali kunjungan. Pada trimester I asuhan yang diberikan kepada ibu hamil adalah pemeriksaan kehamilan meliputi pemberian TT, tablet tambah darah, vitamin dan mineral, serta pemberian nasehat dan penyuluhan terarah seperti perawatan diri, gizi, perawatan payudara, pola istirahat, senam hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan, keluhan yang dirasakan. Pada trimester II asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada trimester I ditambah dengan penyuluhan tentang keuntungan pemberian ASI, persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif, persiapan persalinan, dan KB. Pada trimester III asuhan yang diberika sama dengan asuhan pada trimester II ditambah dengan penyuluhan mengenai persiapan menghadapi persalinan, perawatan bayi baru lahir (BBL), persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan (Pinem, 2009).
Masalah yang Lazim Timbul pada Trisemester III:
Selama trimester ketiga, rahim akan membesar sampai ketinggian tepat di bawah tulang payudara. Kadar progesteron yang tinggi dan rahim yang naik membuat sesak dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan nyeri ulu hati. Sesak napas atau nyeri di iga bagian bawah terjadi karena rahim menekan diafragma dan iga. Varises di kaki, wasir, dan pergelangan kaki yang bengkak kadang-kadang terjadi karena meningkatnya tekanan di dalam perut. Menurunnya aliran darah dari anggota gerak bawah, dan efek progesteron yang membuat dinging-dinding pembuluh darah menjadi relaks. Meningkatnya berat rahim serta berubahnya pusat gravitasi yang disebabkan oleh janin, sakit punggung menjadi sesuatu yang sering terjadi. Diakhir kehamilan sering kali timbul kecemasan, tidur yang tidak nyenyak, kelelahan dan ketidaknyamanan biasa yang muncul karena harapan akan segera menghadapi persalinan dan mengakhiri kehamilan.
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014).
Pada kehmailan akhir, parubahan produksi hormon menyebabkan relaksasi ligamen dan tulang rawan pada sendi panggul, memungkinkan mobilitas yang lebih tinggi pada sendi sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak kentara, sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II (Simkin, 2005).
2.2.2 Fisiologi Persalinan
Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami ibu selama persalian dibagi dalan 4 kala, adalah (Rohani, 2014) :
A. Perubahan fisiologi pada ibu bersalin kala I
1) Sistem reproduksi
Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditantai dengan perubahan serviks secara progressif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap. Pada kala I terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita, diantaranya adlah sebagai berikut.
a) Segmen atas rahim (SAR) dan SBR
Saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar, sedangkan SBR serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.
b) Uterus
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakam kontraksi otot yang menimbulkan rasa yang sangat sakit.
c) Perubahan pada serviks
1) Pendataran. Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter sampai 3 cm, menjadi satu lubang dengan pinggir yang tipis.
2) Pembukaan. Dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm. Pada fase ini kontraksi uterus meningkat. Frekuensi, durasi, dan intensitasnya setiap 10-20 menit, lama 15-20 detik dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama 30-40 detik dan dengan intensitas yang kuat. Fase aktif fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. Pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan meningkatnya frekuensi, durasi, dan kekuatan kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40-50 mmHg. Di akhir fase aktif, kontraksi berlangsung antara 2-3 menit sekali selama 60 detik, dengan kekuatan lebih dari 40 mmHg. Dibagi menjadi 3 fase: Fase akselerasi: dari pembukaan 3 menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal: dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Fase deselerasi: dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm).
d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul.
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul tiregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis.
2) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah (TD): TD meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti sebelum persalinan.
b) Detak jantung: berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
c) Jantung: pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10-15 %.
d) Hematologi: hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan darah yang abnormal; waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma; gula darah akan berkurang.
3) Sistem pencernaaan
Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat secara terus-menerus, motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansi berkurang sangat banyak selama persalinan, rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan, persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita, bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.
4) Suhu tubuh
Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-2 oF (0,5-1 oC).
5) Sistem pernapasan
Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.
6) Sistem perkemihan
Proteinuri yang sedikit (+1) dianggap normal dalam persalinan. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Poliuria sering terjadi selama persalina, mungkin disebabkan oleh peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi dalam gromelurus, dan peningkatan aliran plasma darah.
7) Perubahan endokrin
Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.
8) Perubahan integumen
Adaptasi integuman khususnya distensibilitas yang besar pada introitus vagina yang terbuka.
9) Perubahan muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteiuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok.
10) Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin Kala I
Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok pembicaraan di antara wanita sejak zaman dahulu, banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Ketakutan dapat berpengaruh pada his dan lancarnya pembukaan (Rohani, 2014).
B. Perubahan fisiologis kala II persalinan
1) Kontraksi dorongan otot-otot persalinan
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah involunter, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris, terkadang dapat dipengaruhih dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.
2) Pergeseran organ dasar panggul
Saat persalinan segmen atas berkontraksi, menjadi tebal, dan mendorong anak keluar. Sementara itu, segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi, dilatasi, serta menjadi yang tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi. Tanda fisik dini pada persalinan kala II adalah ketuban pecah spontan, tekanan rektum, sensasi ingin defekasi, muntah, bercak atau keluar cairan merah terang dari vagina. Tanda lanjut kala II adalah perineum mengembung, vagina melebar, dan anus mendatar, bagian presentasi tampak dan uterus berlanjut selama kontraksi.
C. Asuhan pada ibu bersalin kala III
1) Fisiolgi kala III
Kala III merupakan periode di mana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menajadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemuadian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Fase pengeluaran plasenta terbagi tiga fase, Kustner: degan meletakkan tangan disertai tekanan pada /di atas simfisis, tapi pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti palsenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas. Klein: sewaktu his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas. Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas.
2) Manajemen aktif kala III
Memberikan suntukan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri.
D. Asuhan pada ibu bersalin kala IV
Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, di mana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
1) Evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia
Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang lebih dua per tiga sampai tuga per empat antara simfisis pubis dan umbilikal. Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jiga segmen atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik, longgar, tiak berkontraksi dengan baik disebut sebagai keadaan atonia uterus.
2) Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum
Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematom, laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami perdarahan.
E. Kebutuhan ibu masa persalinan
Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu ibu memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan pemberian nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum, oksigen, istirahat selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang berstandar. Kebutuhan rasa aman adalah memilih tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan, posisi yang dikehendaki ibu, pemamntauan selama persalinan, intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah merawat bayi sendiri dan menetekkan, asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati, informasi bila akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah Memilih tempat dan penolong persalinan yang diinginkan, memilih pendamping selama perslinan, bounding attachment, ucapan selamat atas kelahiran bayinya (Sumarah, dkk, 2009).
2.2.3 Asuhan Persalinan
Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani, 2014):
1) Kala I
Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal.
2) Kala II
Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan terhadap ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan tubuh wanita, pendamping persalinan, persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran.
3) Kala III
Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran plasenta dengan 3 langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, higiene, dan vital signs, memperhatikan nutrisi dan istirahat ibu.
4) Kala IV
Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia; pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum; pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan setiap 30 menit pada jam kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar