Kumpulan Artikel, Bahan dan Makalah

Rabu, 07 Februari 2018

MAKALAH TENTANG PERAWATAN, PEMELIHARAAN DAN REPARASI

PERAWATAN, PEMELIHARAAN DAN REPARASI (pengelolaan laboratorium fisika)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
  Laboratorium merupakan tempat melakukan aktivitas untuk menunjang proses pembelajaran yaitu, analisis, diskusi ilmiah, penelitian, pengabdian masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan baru melalui serangkaian debat ilmiah yang ditunjang oleh tersedianya referensi muktahir, serta pengembangan metode, perangkat lunak, peraturan,dan prosedur praktikum.
  Keberadaan laboratorium berperan sangat penting terutama dalam bidang pendidikan. Laboratorium dalam pendidikan berfungsi untuk meningkatkan serta mendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Dengan adanya laboratorium, bukan hanya pendidik saja yang mendapatkan kemudahan dalam prosesnya tetapi juga dirasakan oleh peserta didik. Laboratorium menjadi ruang bagi para siswa untuk berinteraksi secara langsung dengan berbagai alat dan bahan dalam mengobservasi dan membuktikan sendiri teori yang telah dipelajarinya. Sedangkan bagi para guru, laboratorium dapat menjadi sumber belajar dalam menyampaikan materinya agar lebih dimengerti dan dipahami oleh para peserta didik.
  Laboratorium berkaitan hubungannya dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), contohnya adalah ilmu Fisika. Ilmu Fisika merupakan dasar dari disiplin ilmu eksakta yang didasarkan atas eksperimen sehingga hubungannya antara praktek dan teori sangat erat. Dari laboratorium, tujuan pembelajaran Fisika yang dengan banyak variasi dapat digali dan dikembangkan sekaligus sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran Fisika secara praktek yang memerlukan peralatan dan bahan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas agar dapat berlangsung dengan baik.
  Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan. Supaya alat labolatorium bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang maka perlu dilakukan penataan, perawatan, dan perbaikan (reparasi) alat laboratorium.
Penataan alat-alat laboratorium sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya masih banyak laboran atau praktikan yang kurang memahami bagaimana cara penataan,perawatan dan reparasi alat-alat laboratorium. Akibat dari kurang memahami tentang penataan, perawatan dan reparasi alat-alat laboratorium menyebabkan praktikan meletakan alat sembarangan dan tidak merawatan alat-alat yang ada dilab dengan baik. Hal ini menyebabkan kurang efisiensinya penggunaan alat-alat laboratorium dengan baik. Bukan hanya pada penataan dan perawatan tetapi juga pada reparasi alat atau perbaikan alat-alat laboratorium. Dimana pada alat-alat labaoratorium yang mengalami kerusakan dibiarkan tetap rusak atau diganti yang baru tanpa diperbaiki terlebih dahulu. Maka dari itu kami mengangkat makalah tentang “Penataan, Perawatan dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium”.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penataan, Perawatan, dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium?
2. Bagaimana Cara Penataan, Perawatan, dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium?
3. Bagaimana Contoh Kartu Reparasi Alat-Alat Laboratorium dan Cara Pengisian Pada Kartu Reparasi ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Penataan, Perawatan, dan Reparasi alat-alat                  laboratorium.
2. Dapat mengetahui bagaimana cara Penataan, Perawatan, dan Reparasi alat-alat laboratorium.
3. Dapat mengetahui kartu Reparasi alat-alat laboratorium dan cara pengisian pada kartu reparasi




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Penataan, Perawatan dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium
2.1.1 Pengertian Penataan Alat-Alat Laboratorium
  Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan   dalam penyimpanan (storing)  maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas laboratorium (teknisi dan laboran)  dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja laboratorium, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain,  terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan (Amien, 1984: 78).
  Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain :lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
  Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang menuju bangunan lain, dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan dengan lokasi sumber air.Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrolan dan mempermudah tindakan lainnya.
  Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruang utama, dan ruang-ruang pelengkap.Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan praktikum.Ruangan pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan.Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dipakai dalam praktikum. Ruang penyimpanan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan  (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaanya tidak setiap saat. Selain ruangan tersebut, mungkin juga sebuah laboratorium memiliki ruanagan gelap, ruangan spesimen, ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruangan administrasi/staf.

2.1.2    Pengertian Perawatan Alat-Alat Laboratorium
  Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai.Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi. Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa (Moejadi, 2002: 115).
  Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasarana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Dikemukakan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 42 ayat  (2) serta pasal 43 ayat (1) dan ayat (3). Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

2.1.3 Pengertian Reparasi Alat-Alat Laboratorium
  Reparasi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki (menservice) kerusakan-kerusakan ringan yang terjadi pada alat-alat.Setelah direparasi diharapkan alat-alat dapat digunakan/berfungsi lagi seperti semula. Untuk hal tersebut di atas tentunya dibutuhkan keterampilan dasar mereparasi/menservis alat-alat laboratorium atau diperlukan keterampilan minimal bagaimana merawat alat-alat tersebut (Moejadi, 2002: 120).
  Berikut beberapa contoh alat yang sering mengalami kerusakan dan mudah diraparasi. Berdasarkan jenis bahannya, reparasi alat dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1)   Mereparasi alat-alat gelas
2)   Mereparasi alat dari logam
3)   Mereparasi alat dari kayu
4)   Mereparasi alat dari bahan porselen
5)   Mereparasi alat dari karet/plastik
6)   Mereparasi alat listrik
7)   Mereparasialat optik, dll.
2.2  Tata Cara Penataan, Perawatan, dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium
2.2.1 Tata Cara Penataan Alat-Alat Laboratorium
  Penyimpanan alat-alat  di dalam gedung tidak boleh disatukan dengan bahan kimia. Demikian pula penyimpanan alat-alat gelastidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam.Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruangan persiapan. Contohnya apabila luas lantai 100 m2, 70-80 m2 digunakan sebagai ruang utama praktikum.
  Suatu laboratorium yang perlu diingat adalah bahwa ruang-ruang penunjang laboratorium tersebut tidak mutlak harus ada atau tempat serta fasilitas-fasilitas lainnya.Supaya cahaya matahari langsung tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan laboratorium dan untuk mencegah masuknya air hujan, maka disekelilingnya laboratorium hendaknya diberi selokan yang luas lebih kurang 20% dari luas seluruh laboratorium (Nyeneng, 2010).
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum laboratorium maupun peralatan. Beberapa contoh penataan fasilitas umum laboratorium sudah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1.      Fungsi alat, apakah  sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan   bahan kimia saja
2.      Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
3.      Keperangkatan
4.      Nilai atau harga alat
5.      Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6.      Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7.      Bahan dasar penyusun alat
8.      Bentuk dan ukuran alat
9.      Bobot  atau berat alat

      Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan dalam menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali dalam mata pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam laboratorium fisika penataan alat seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik, magnet, optik, panas, cahaya dst. Upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan.
a.    Penataan dan penyimpanan alat dan bahan didasarkan pada:
  1. Keadaan laboratorim yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, dan keadaan alat dan bahan.
  2. Kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan digapai, keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya.

b. Keadaan alat dan bahan berdasarkan keadaannya:
  1. Alat dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa sering alat tersebut digunakan, atau jenis percobaan.
  2.  Bahan atau zat tersebut dapat dikelompokkan pada jenis bahan (fasa,wujud zat,sifat asam basa dari zat), seberapa bahaya bahan tersebut, dan seberapa sering bahan tersebut digunakan.

c. Langkah-langkah penyimpanan:
  1. Bersihkan ruang dan penyimpanan alat dan bahan.
  2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada.
  3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan.
  4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas laboratorium, keadaan alat dan bahan.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat penyimpanan alat yaitu:
1    Bahan dasar pembuatan alat.
2.   Bobot alat.
3.   Kepekaan alat terhadap lingkungan.
4.   Pengaruh alat yang lain.
5.   Kepekaan perangkat alat dalam suatu set.
e.   Dasar dari penyimpanan alat, yaitu :
1.   Jenis Alat, misalnya gelas kimia, corong, cawan petri, lumpang dan alu
2.   Jenis bahan pembuat, misalnya kaca, porselin, logam dan kayu
3.   Percobaan, misalnya laju reaksi, kesetimbangan, dll
4.   Seberapa sering alat digunakan :
- Sering digunakan misalnya : gelas kimia
- Jarang digunakan misalnya: lumpang & alu
f. Penyimpanan alat dan bahan :
  1. Alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya dipisah.
  2. Alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya
  3. Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri ditempat khusus.
  4. Alat-alat untuk percobaan biologi umumnya disimpan menurut judul percobaan atau dapat dilakukan berdasarkan atas bahan alat

g. Perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti :
1.   Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
2.   Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
3.   Menjaga kebersihan alat
4.   Menyimpan alat

h. Tata letak dan pengaturan perabot laboratorium :
1.        Prinsip Keamanan
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
2.        Prinsip Kemudahan
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3.        Prinsip Keleluasaan
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Langkah-langkah Penyimpanan :
1.         Bersihkan Ruang dan Penyimpanan Alat dan Bahan
2.         Periksa data ulang alat dan bahan yang ada
3.         Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan di  atas
4.         Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas Laboratorium, keadaan alat dan bahan diatas.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat :
  1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
  2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
  3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.

Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan :
  1. Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci .
  2. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti: logam, kaca, porselen, plastik dan karet

Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
  2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
  3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass.
  4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
  5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
  6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.

         Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat – alat yang boleh diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal – hal berikut :
1. Udara
         Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi.
Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan Asam – Basa
       Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam dan basa.Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya.Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
3. Suhu
      Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.

5. Cahaya
      Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara langsung.Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup.Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
         Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen.Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.

2.2.2 Tata Cara Perawatan Alat-Alat Laboratorium       
       Aspek ini merupakan aspek yang membutuhkan personalia untuk menjalankannya. Untuk memenuhi aspek ini, biasanya laboratorium di sekolah terdapat berbagai personil yaitu: kepala sekolah, wakasek bidang sarana, wakasek bidang kurikulum, penanggung jawab teknis laboratorium, koordinator laboratorium, dan laboran.
Untuk mengelola Laboratorium yang baik kita harus mengenal perangkat-perangkat apa yang harus dikelola. Semua perangkat-perangkat laboratorium ini jika dikelola secara optimal, akan memberikan optimalisasi manajemen lab yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium itu adalah suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang (lab-lay-out) sampai dengan semua perangkat - perangkat penunjang lainnya.
a. Jenis Perawatan
Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.Secara jelas dapat dilihat pada skema dibawah ini.
1.  Perawatan Terencana
Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni:
a)      Perawatan Terencana yang Bersifat Perawatan Preventif
Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah sistemperawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium.
b)      Perawatan Terencana yang Bersifat Korektif
Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistemperawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal.

2. Perawatan Tidak Terencana           
Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya.Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan.Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat.Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebutperawatan darurat.

b.  Tujuan Perawatan Laboratorium
Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup:
1.       Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
2.       Memperpanjang umur pemakaian
3.       Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
4.       Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
5.       Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
6.       Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
7.       Menghindari terjadinya kerusakan fatal.

c. Sistem Perawatan Laboratorium
Dalam perawatan Laboratorium, sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini:
1.         Obyek laboratorium yang akan dirawat.
2.         Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan.
3.         Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya perawatan.

d.  Pemeliharaan Peralatan Laboratorium
            Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai andil besar dalam menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam laboratorium. Pemeliharaan alat-alat laboratorium secara berkala dapat mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini.
Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium:
  1. Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu.
  2. Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya
  3. Bersihkan meja dan lantai laboratorium
  4. Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan perbaikan.
  5. Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk.
  6. Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan alat tersebut.
  7. Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut tidak di gunakan kembali.

Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat‐alat praktikum:
  1. Sebelum menggunakan alat‐alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu.
  2. Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat
  3. Pahami fungsi atau peruntukan alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
  4. Pahami rating dan jangkauan kerja alat‐alat praktikum dan gunakanlah alat‐alat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan
  5. Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut
  6. Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnyapada badan alat‐alat praktikum yang digunakan

e. Sumber Daya sistem perawatan Laboratorium
1.    Tenaga Perawat ( Man )
  Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya.Salah satu tugas seorang laboran/teknisi adalah melaksanakan perawatanlaboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak, untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya, untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit, untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan siswa praktikan.Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu dalam penyimpanan peralatan, untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pemakaian sekaligus sebagai upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa, dapat peraturan dan tata tertip penggunaan peralatan di laboratorium.
2.        Biaya Perawatan ( Money )
Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain:
a. Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol,kain lap, perekat, cat, bahan pengawet, pencegah jamur, dan sebagainya.
b. Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.
c. Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang, obeng, gunting, dan sebagainya.
d. Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa harus mengundang pihak luar, misalnya ahli komputer.
e.  Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam usulan anggaran, sehingga tersedia dana untuk perawatan laboratorium secara rutin.

3. Bahan Perawatan ( Materials )
       Bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium.Bahkan untuk pekerjaanperawatan ini harus tersedia dengan jumlah yang memadai, Karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan peralatan laboratorium, antara lain:
Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti: sabun, carbol, kain lap, tinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya.
b. Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, dan sebagainya.
c.  Suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.
4.   Peralatan Perawatan ( Machines )
     Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatanperalatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya. Peralatan perawatanlaboratorium antara lain meliputi :
a.       Peralatan penyimpanan, misalnya lemari, rak
b.      Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis
c.       Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran
d.      Peralatan penyetelan kembali
e.       Peralatan perbaikan
Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium.
5.   Cara Perawatan ( Methodes)
Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet.
b.  Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan.
c. Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi.
d.  Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan.
e. Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan.
f.  Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi normal atau standar.
g. Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai untuk praktikum mahasiswa.
h.  Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak.
6.      Waktu Perawatan ( Minutes )
Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatanperawatan. Dari sisi obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatanlaboratorium dapat ditetapkan berdasarkan pada:
a.       Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukanperawatan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal perawatan.
b.      Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak orang, maka obyek atau alat tersebut akancepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwalperawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya. Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan.
c.       Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan.

f. Cara Merawat Alat-Alat Laboratorium
1.      Merawat Alat Gelas
Simpan di tempat aman, terpisah dari alat lain, tersusun sesuai jenis
Jangan memanaskan alat yang bukan terbuat dari gelas tahan api (pyrex, Yena, durex)Jangan memanaskan alat-alat ukur gelas.Simpan dalam keadaan bersih dan kering.
2.      Merawat Alat Logam
Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan. Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering.Jauhkan dari bahan kimia korosif. Bersihkan dan kering setelah digunakan
3.      Merawat Alat dari Kayu
Usahakan kering agar tidak cepat rapuh, Dicat.Disemprot dengan bahan insektisida.Simpan ditempat yang kering.
4.      Merawat Alat dari Bahan Porselen
Simpan ditempan yang aman, hindarkan dari benturan
5.      Merawat Alat dari Karet/Plastik
a. Jauhkan dari panas, asam, basa atau garam
b. Hindarkan dari bahan/pelarut organic
6.      Merawat Alat Listrik
Gunakan kabel yang baik.Kontrol selalu sekeringnya secara berkala.Jangan menumpuk steker listrik.Gunakan stabilisator untuk menghindari fluktuasi tegangan. Putuskan hubungan alat dengan sumber listrik bila tidak digunakan
7.      Merawat Alat Optik
Alat optik umumnya mahal. Perlu dirawat seksama.Gunakan bahan pengaman higroskopis untuk menjaga agar alat selalu kering.Simpan diruang ber-AC dan kering.Bersihkan alat-alat dengan cara yang benar sesuai SOP alat.

8.      Cara Merawat Lemari
Asam Dinding dalam lemari dicat tahan asam/ uap pelarut organik/panas Bagian kaca dibersihkan berkala.Botol bahan kimia ditutup rapat.Cek blower secara berkala. Gunakan switch : 110-220 volt. Bagian lantai lemari asam terbuat dari bahan tahan asam, tahan pelarut organik dan tahan panas.
Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani alat itu, misalnya, baterai karena arus pendek, amperemeter rusak karena arus terlalu tinggi. Oleh karena itu, sebelum siswa menggunakan alat yang mudah pecah atau rusak harus diberi perhatian khusus cara penggunaan alat itu.

2.2.3 Tata Cara Reparasi Alat-Alat Laboratorium
Perbaikan (reparasi) suatu alat laboratorium sebaiknya dilakukan oleh orang atau lembaga yang dilakukan oleh orang atau lembaga yang kompeten untuk suatu alat tertentu. kompeten untuk suatu alat tertentu.
Perbaikan ringan peralatan laboratorium itu terbatas misalnya, mengganti kabel daya, mengganti colokan listrik (steker), mengganti sekering yang sesuai dengan nilai amperenya, mengganti dawai pada alat sonometer atau gelombang transversal, untuk mengganti komponen-komponen
perangkat keras sebaiknya dikirim pada instansi yang berwenang saja seperti
mengganti transistor pada CRO dan lain sebagainya.
Kerusakan pada multimeter analog, misalnya jarum tidak bergeser, kemungkinan kerusakan terjadi karena sekering 500 mA putus atau diode proteksinya terbakar.Pelaporan Pekerjaan Laboratorium  Fisika. Pelaporan ada dua macam, yaitu laporan harian dan laporan tahunan.
a. Reparasi Mikroskop
Reparasi/service mikroskop dilakukan dengan memperhatikan jenis dan kerusakan yang dialami mikroskop. Hal pertama yang perlu diketahui adalah bagian-bagian mikroskop manakah yang mengalami kerusakan sehingga fungsi dari bagian mikroskop itu tidak optimal. Pada umumnya sebagaimana diketahui bahwa mikroskop terdiri dari bagian mekanik dan bagian optik.
Komponen-komponen mikroskop lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar Komponen-komponen mikroskop Mikroskop biasanya mengalami ketidak berfungsian pada bagian-bagian berikut :
1.         Bagian bodi/badan mikroskop, yaitu di bagian tombol pengatur kasar (makrometer) tempat tabung lensa objektif menempel. Tabung tersebut akan selalu merosot ke bagain bawah sehingga fokus pengamatan tidak akan tercapai (seperti pada gambar 2 tanda panah, pada contoh mikroskop cahaya). Sedangkan pada mikroskop listrik (gambar 1 bagian kiri), tombol makro/mikrometer terletak di bagian bawah bodi/di bawah meja objektif) yang sering merosot ke bagian bawah juga. Bagian bodi yang lain adalah engsel, penyatu/penghubung antara bagian bodi mikroskop dengan bagian kaki (kasus pada mikroskop cahaya) sering terlalu longgar, dan penyetelan-penyetelan sistem mikroskop yang melemah sehinga bagian mikroskop yang satu dengan yang lainnya menjadi tidak kuat.
2.         Bagian lensa, Bagian lensa inilah yang sangat sensitif baik lensa okuler maupun lensa objektif dengan kondisi lingkungan baik lingkungan perilaku pemakai/user ataupun dimana mikroskop tersebut di simpan sangat berpengaruh terhadap kebersihan lensa.Lensa okuler umumnya terdiri dari 2 lapis lensa (atas-bawah). Lensa objektif mulai dari 2 lapis lensa sampai dengan 4 atau 5 lapis lensa di dalamnya tergantung ukuran pembesaran berapa kali.
3.         Sistem aliran listrik(untuk tipe mikroskop listrik), Mikroskop listrik adalah mikroskop yang dalam sumber cahaya pemantulannya menggunakan arus listrik. Komponen/bagian inilah mulai dari sumber listrik, sekring, sistem penaik/turun arus, lampu, dan komponen lain yang terkadang mengalami kerusakan.
4.         Bagian-bagian lain, kenapa disebutkan bagian lain? karena poin 1,2,3 tersebut di atas hanya keruskan umum, sementara di lapangan/pada kenyataannya jenis kerusakan lebih dari poin tersebut di atas karena itu hanya untuk salah satu tipe mikroskop. Sedangkan tipe mikroskop cahaya dan listrik itu beranekaragam dan beranekaragam pula komponen lain yang biasanya mengalami kerusakan. Kerusakan mikroskop yang biasanya terjadi adalah:
a.       Kotornya lensa prisma. Lensa prisma ini, di bawah lensa okuler. Jadi setelah lensa okuler dibersihkan lensa prisma ini harus dipastikan tidak kotor dengan cara membongkar dan membersihkannya.
b.      Bagian makrometer dan mikrometer berbeda dengan mikrsokop cahaya. Ketika bagian ini mengalami kerusakan/turun sendiri harus distel dan dibongkar bila tidak terselesaikan.
c.       Bagian lain dari yang sering mengalami kerusakan pada mikroskop listrik tentunya sistem listrik itu sendiri. Apa yang harus kita periksa bila menemukan mikroskop listrik mati? Pertama kita cek lampu/bohlam tersebut putus atau tidak dengan cara mengecek menggunakan AVO. Kedua, cek sekring, ketiga cek bagian dalam sistem listrik yang lain (misal sistem trafo, potensio, dimer, dll).
            Berikut teknis pengerjaan bagaimana memperbaiki mikroskop baik yang mekanik rusak atau optik berjamur.
  1. Pelepasan semua komponen/bagian optik yang menempel pada bagian mekanik seperti lensa, kondensor dan atau diafragma, cermin, seperti gambar di bawah ini.
  2. Perbaikan dan penyetelan fungsi-fungsi bagian mekanik yang mengalami kerusakan seperti tabung turun sendiri (untuk jenis mikroskop cahaya), makrometer/pengatur kasar dan mikrometer/pengatur halus yang mengalami kerusakan.
  3. Pembersihan bagian-bagian optik/lensa dengan cara di bongkar bagian-bagian lensa baik lensa okuler, lensa objektif, kondensor, dan cermin.
  4. Pembersihan bagian bodi dengan pengkilap atau pembersih lainnya sesuai dengan tingkat kekotoran mikroskop.
  5. Pemasangan bagian optik ke bagian mekanik.
  6. Pengecekan dengan menggunakan slide preparat mikroskop
  7. Pemberian label/tanda bahwa mikroskop sudah diservice (tanggal service, dan identitas reparator).
  8.  Memberi penutup dengan plastik untuk meminimalkan kena debu/pengotor/jamur.
            Pertolongan Pertama Pada Mikroskop yang Kena Jamur Ketika kita mengamati benda/objek dengan mikroskop, noda/bintik-bintik hitam, banyak seperti serat-serat halus, buram, dan lain sebagainya, maka mikroskop Anda sudah terinfeksi jamur atau mungkin sistem lensanya sudah rusak.Berikut  yang harus Anda lakukan ketika mikroskop sudah terinfeksi jamur:
a.       Siapkan alkohol 70%
b.      Siapkan tissue lensa
c.       Siapkan cotton bud
Caranya :
            Lepas lensa okuler secara hati-hati, kemudian bersihkan permukaan lensa atas dan bawah dengan cotton bud yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke alcohol.Setelah itu gosok dengan tissue lensa, dan masukkan kembali ke dalam tabung mikroskop. Setelah dibersihkan kemudian kita cek dengan menggunakan slide preparat mikroskop. Untuk melihat lensa tersebut sudah bersih atau belum dengan cara putar lensa okuler tersebut, kalau ada bintik/selain objek ada yang ikut memutar berarti okuler tersebut masih kotor (kotoran masih nempel di bagian dalam lensa).
            Lensa objektif, keluarkan dengan hati-hati lensa dari revolver, kemudian bersihkan dengan cotton bud ujung lensa bagian bawah dan terakhir dengan tisu lensa. Kemudian secara kasat mata lensa tersebut bisa diterawang terlihat “bening jernih” atau tidak. Kalau masih terlihat buram berarti kotoran tersebut nempel pada lapisan lensa bagian dalam. Apa yang harus dilakukan kalau seperti tersebut di atas? Yaitu dengan cara membongkar sistem lensa menggunakan alat tertentu. Bila belum terampil atau tidak memiliki pengalaman dalam membongkar bagian lensa jangan dilakukan sendiri, lebih baik penggil teknisi yang berpengalaman untuk meminimalkan resiko lensa menjadi rusak karena“human error”dari trial and error. Kalau tabung mikroskop turun sendiri, makro/micrometer longgar, penjepit objek tidak baik, dll.Itu termasuk kerusakan bagian mekanik. Untuk kerusakan tersebut lebih baik panggil teknisi yang berpengalaman. Karena dengan mencoba-coba mikroskop biasanya malah menjadi tambah rusak.

b.      Reparasi Buret
Buret adalah salah satu alat untuk melakukan titrasi. Cara merawat dan reparasi buret:
1.      gunakan buret dengan hati-hati, gunakan klem berkaret.
2.      jika bagian atasnya retak atau patah, bisa dipotong dengan cara mengikir, kemudian dipanaskan untuk meratakan dan menghaluskan.
3.      sumbatan pada bagian bawah dapat dibersihkan dengan menggunakan kawat kecil.
4.      biasanya kran macet setelah menggunakan larutan NaOH. Cuci bersih buret setelah digunakan, olesi vaselin.
5.      Jika masih macet, rendam dalam larutan K2Cr2O7 yang diasamkan sambil dipanaskan.

c.       Reparasi Mikrometer Skrup untuk kerusakan ringan
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda dengan tingkat ketelitian 0.01 mm.
  1. Kerusakan biasanya ditandai dengan munculnya karat yang ada pada poros geser/putar sehingga praktis sulit untuk digerakkan.
  2. Bila ini yang terjadi, sediakan minyak ta¬nah dan minyak goreng masing masing satu sendok, selanjutnya campurkan dan aduk sampai betul-betul bercampur
  3. Teteskan hasil minyak campuran tersebut ke bagian poros geser/putar yang berkar¬at, dan tunggu kira-kira 1-2 jam.
  4. Cobalah putar pada bagian poros dengan cara memutar pada bagian pemutar. Bila ini masih sulit coba gunakan tang yang dilapisi kain untuk menggerakkan bagian poros geser/putar.
  5. Reparasi Neraca Empat Lengan
Neraca ini seringkali rusak atau tidak dapat digunakan dikarenakan faktor kelalaian dalam penggunaan, penyimpanan, maupun proses kes¬etimbangan (menunjuk angka nol).

          Apabila proses kesetimbangan ternyata ti¬dak dapat tercapai atau tetap tidak dapat menun-juk angka nol, maka ada 2 cara. Cara pertama ges¬er beban kecil skala paling depan ke kanan sampai mencapai keseimbangan dan berilah tanda yang menunjukkan angka berapa dari beban kecil yang telah digeser tersebut. Ketika digunakan untuk menimbang, maka nilai /angka tersebut nantinya sebagai pengurang. Jadi, massa beban yang ditim¬bang dikurangi angka/skala dari beban kecil yang telah digeser itu. Cara kedua, pada bagian dudu¬kan piring penimbang yang menggantung, anda lepas dan bagian bawahnya anda buka menggu¬nakan obeng +, dan diisi atau dikurangi beban (berupa gotri, paku, besi kecil/bubuk).
2.3 

Kartu Reparasi
Gambar 2.4 Contoh kartu reparasi 
Keterangan:
1.      No. Kartu: diisi dengan no. surat kartu reparasi. Contoh: 001/Lab. Fisika/SMA Rofa Yulia Azhar/IV/2014
2.      Jenis Kerusakan: diisi dengan jenis kerusakan yang diperbaiki
3.      Komponen: diisi jika memang terdapat penggantian komponen
4.      Harga: diisi dengan biaya reparasi dan biaya komponen yang diganti
5.      Keterangan: diisi dengan keterangan tambahan yang bisa dicantumkan
6.      *dilampirkan pula kuitansi perbaikan dan pergantian komponen
7.      **Ditandatangani oleh teknisi (atau laboran) dan koordinator lab. IPA
 Contoh:

Aturan penggunaan kartu reparasi, sebagai beikut :
a.       Kartu reparasi merupakan kartu yang memuat informasi menganai perbaikan atau reparasi suatu alat
b.       Pencatatan di buku catatan harian lab. dilakukan oleh teknisi bila ada perbaikan terhadap barang yang rusak dan dilaporkan kepada koordinator lab.



BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
     Didalam laboratorium tidak hanya jenis dari alat-alatnya saja yang perlu diketahui, tetapi juga bagaimana cara Penataan, Perawatan dan Reparasi alat-alat laboratorium.
Penataan alat-alat laboratorium bertujuan untuk memudahkan praktikan dalam pengambilan alat dan lebih mudah dalam pendataan alat. Selain itu ada juga perawatanalat-alat aboratorium yang bertujuan untuk merawat alat-alat laboratorium dari kerusakan dini, sehingga penggunaan alat-alat laboratorium lebih maksimal. Tidak hanya itu ada juga perbaikan atau reparasi alat laboratorium bagi alat laboratorium yang rusak. Perbaikan ini dapat dilakukan langsung oleh asisten dosen, praktikan atau petugas laboran. Jika kerusakan alat cukup berat, maka alat tersebut harus dikembalikan ke pabrik pembuatannya atau ke teknisi ahli.
Dengan adanya Penataan, Perawatan, dan Reparasi alat-alat laboratorium ini maka alat-alat yang ada di laboratorium akan lebih efisien dan maksimal dalam penggunaanya. Alat-alat laboratorium lebih terawat dan terjaga sehingga apabila ada alat yang rusak akan cepat dtanggani dan meperkecil kecelakaan di laboratorium akibat kesalahan alat. Jadi, Penataan, Perawatan dan Reparasi alat-alat laboratorium sangat penting dilakukan didalam laboratorium.

3.2 Saran                   
Dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, pengguna laboratorium sebaiknya mengikuti peraturan dan asas-asas yang telah ditetapkan, karena untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada proses pembelajaran. Selain itu, dalam proses penataan, perawatan dan reparasi hendaknya dapat memperhatikan aspek-aspek dalam penataan, perawatan dan reparasi laboratorium seperti laboran dan praktikan dapat membantu untuk merawat laboratoium sehingga akan tercipta laboratorium yang baik dan nyaman. Kesadaran akan pentingnya keselamatan di dalam laboratorium sangat penting untuk ditanamkan dan juga penataan, perawatan dan reparasi alat laboratorium penting untuk dilaksanakan demi menjaga alat-alat laboratorium agar tetap bagus dan baik ketika digunakan.



DAFTAR PUSTAKA

Amien, Muhammad. (1984). Buku Pedoman Praktikum dan Manual Laboratorium Pendidikan IPA  Umum (General Science). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Pendidika Nasional. 2002. SPTK-21. Jakarta
Moejadi. 1985. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium Fisika Untuk SMA. Jakarta: Depdibud.
Nyeneng, I Dewa Putu. 2010. Manajemen Laboratorium IPA. Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP UNIB.
Pakketu, Eka. 2011. Perawatan dan Pemeliharaan peralatan. Diakses pada tanggal 03 Februari 2016. http://ekapakketu.blogspot.co.id/2011/07/perawatan-dan pemeliharaan peralatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar