Kumpulan Artikel, Bahan dan Makalah

Rabu, 07 Februari 2018

LAPORAN PENDAHULUAN DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

LAPORAN PPENDAHULUAN
DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)


A.  Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yangdisertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensimengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan olehArbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AedesAegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

B.  Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).

C.  Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.


D.    Pathway


E.    Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)

  1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
  2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis, melene.
  3. Hepatomegali
  4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
  5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)

(Alan R. Tumbelaka, 2004).
           Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
      a.     Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
      b.     Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare,                        konslipasi.
      c.     Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break                  bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan                  pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan                        fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

F.  Klasifikasi DHF
         DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997).
          1.     Derajat I
                  Demam dengan uji bendung positif.
          2.     Derajat II
                  Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
          3.     Derajat III
                  Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
          4.     Derajat IV
                  Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).

G.  Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1.      Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2.      Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3.      Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4.      19 D. Dengue positif
5.      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6.      Urium dan PH darah mungkin meningkat
7.      Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8.      SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).

H.  Penatalaksanaan Pasien DHF
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

  1. Tirah baring atau istirahat baring.
  2.  Diet, makan lunak.
  3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri penderita oralit.
  4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap jam.
  5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
  6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
  7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
  8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).

I.   Komplikasi
1.        Ensefalopatif
2.        Perdarahan intraktranial
3.        Hernia batang otak
4.        Sepsis
5.        Pneumonia
6.        Hidrasi berlebihan
7.        Syok
8.        Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).

J.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai berikut :

  1. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
  2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.
  3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011)

K.  Perencanaan NOC dan NIC
No Dx NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan hipertermi diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
NOC - Temperature Regulation  3900

  • Suhu dalam rentang normal (36-37)
  • Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi 60-100x/menit.RR:16-24X/Menit)
  • Tidak ada perubahan warna kulit,dan tidak pusing tidak merasa mual NIC - Thermoregulation 0800
  • Monitor suhu maksimal 4 jam sekali
  • Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
  • Monitor intake dan output cairan.
  • Selimuti pasien 
  • Tingkatkan sirkulasi udara
  • Catat adanya fluktasi tekanan darah

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
NOC - Nutritional Status (status nutrisi) :
•         Intake nutrisi meningkat   sesuai dengan diit
•         Intake makanan dan cairan meningkat sesuai dengan   diet
•         Menunjukkan perubahan prilaku/pola hidup untuk menigkatkan/mempertahankan BB.

NIC - Nutrition Management

  • Catat status nutrisi pasien pada penerimaan,catat turgor kulit.BB,Intergritas mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah/diare
  • Pastikan pola diet biasa pasien
  • Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi dan BAB secara periodik
  • Selidiki adanya anoreksia

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan resiko kekurangan volume cairan diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Balance Fluid:
•         Tekanan darah dalam batas normal
•         Intake output 24 jam seimbang
•         Tidak ada suara nafas tambahan
•         Tidak ada asites
•         Tidak ada edema
•         Tidak gelisahh/cemas Fluid Management :
•         Monitor BB setiap hari
•         Set tetesan infus permenit
•         Tingkatkan oral intake
•         Monitor hasil lab yang relevan (BUN, HMT, albumin)
•         Monitor status hemodinamik
•         Monitor TTV
•         Monitor tanda dan gejala retensi cairan
•         Berikan diet



DAFTAR PUSTAKA


Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek, 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. United State of America : Mosby Elsevier
Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) United State of America : Mosby Elsevier

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta : FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar