BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten.
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010).
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun 2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai 2008 semuanya sama (91%).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Tuberkulosis?
2. Bagaimana cara Tuberkulosis meginfeksi manusia?
3. Bagaimana cara penularan penyakit tuberkulosis dari penderita ke masyarakat sehat?
4. Bagaimana cara penanangan terhadap penderita tuberkulosis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau memperluas pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC, sehingga masyarakat mengetahui tanda-tanda awal timbulnya penyakit TBC dan mengetahui cara penanggulangan penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
“TUBERKULOSIS PARU”
2.1. Pengertian
Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yan disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne). Pada hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui inhalasi partikel kuman yang kecil (sekitar 1-5 mm).
2.2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
2.3. Patofisiologi
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila, masukke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
2.4. Manifestasi Klinik
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
1. Batuk lebih dari 3 minggu
2. Batuk darah
3. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1. Demam
2. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
2.5. Pemeriksaan diagnostic
a. Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberculosis
b. Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat
c. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
e. Histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.
f. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi desigen sekunder terhadap infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
2.6. Penatalaksanaan / Pengobatan
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi dan klinis. Kesembuhan tuberculosis paru yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya perbaikan radiology dan menghilangkan gejalah.
2.7. Komplikasi
a. Batuk darah
b. Pneumothorax
c. Luluh paru
d. Gagal nafas
e. Gagal jantung
f. Efusi pleura
2.8. Pencegahan
Dapat dilakukan dengan cara;
a. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
b. Terapi pencegahan
c. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
b. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
3.2. Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
a. Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada malam hari
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
e. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.
f. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
g. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
i. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
j. Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
k. Nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret purulen pada jalan nafas. Bersihan jalan nafas kembali efektif 1. kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan dan irama.
2. berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi bantu pasien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.
3. pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali kontra indikasi
4. kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi, obat mukolitik
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret ketidak mampuan membersihkan jalan nafas.
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
2. Perubahan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum, anoreksia Menunjukkan berat badan meningkat. 1. catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, kemampuan / ketidak mampuan menelan, riwayat mual-muntal.
2. awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodic
3. berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
4. dorong makan sedikit dan sering dengan makanan TKTP
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Berguna dalam mendefinisikan derajat / masalah dalam menentukan pilihan interfensi yang tepat.
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau sisa obat.
Memaksimalkan masukan nutrisi sebagai kebutuhan energi dan menurunkan iritasi gaster.
Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan perpindahan. Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan. 1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar. Contoh : masalah kelemahan, tingkat partisipasi dan lingkungan yang terbaik.
2. tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diit karbohidrat dan masukan cairan adekuat.
3. Jelaskan dosis obat, frekwensi, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama
4. Tekankan untuk tidak minum alkohol dan tidak merokok
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik ditingkatkan pada tahapan individu.
Memenuhi kebutuhan metabolic, membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat.
Kombinasi INH dan Alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.
3.3 ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D.M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Tani
Status : Kawin
Suku/ bangsa : Minahasa/ Indonesia
Tgl. MRS : 15 - 07- 2008
Tgl. Pengkajian : 10 - 08-2008, jam 08.00 wita
Diagnosa medis : TB Paru
No. Med. Reg : 19 09 69
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Batuk berlendir.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai sesak nafas, keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien mengeluh batuk berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan aktivitas dibantu orang lain.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki satu orang istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah permanen memiliki kamar tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup, pencahayaan cukup.
3. Pengkajian Kasus Kelolaan
a. Persepsi Kesehatan/ Manajemen Kesehatan
Klien menganggap batuk yang dialami selama kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit hanya batuk biasa dan menanggulanginya dengan membeli obat di warung. Klien mempunyai riwayat merokok dan berhenti setelah sakit.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Klien makan 3x sehari, diit TRTB, pagi makan bubur, siang dan malam makan nasi, ikan, sayur. Klien minum air putih kurang lebih 2000 ml/ hari. BB sebelum masuk rumah sakit 46 kg, BB setelah sakit 40 kg. Mengalami penurunan BB, nafsu makan menurun, IVFD dextrose 5% 20 gtt/ mnt, HB 5,7 g/ dl, albumin 2,2 mg/dl, protein total 7,6 mg/ dl, GDS 67 mg/ dl.
c. Eliminasi
Perkemihan : klien BAK 5-6x sehari, tidak ada kesulitan BAK, konsistensi urine warna kuning pekat dan bau khas, BAK menggunakan urinal dan dilakukan di tempat tidur.
Pencernaan : klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, tidak ada kesulitan BAB, BAB menggunakan alat bantu dan dilakukan di tempat tidur.
Integumen : klien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari.
d. Aktivitas dan Latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobiliasasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 : tidak mampu. Klien mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 24x/ mnt. Jenis pernafasan torakul abdominal.
e. Kognitif Perseptual
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, kesadaran compos mentis, merespon terhadap rangsangan nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik, pembicaraan terarah dapat berinteraksi dengan orang lain.
f. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien beristirahat dengan baik, tidur siang 15.00-7.00 wita, tidur malam 20.00-06.00 wita, tidak pernah menggunakan obat tidur
Saat dikaji : klien tidur siang pukul 13.00-16.00 wita, tidur malam 20.00-05.00 wita, klien sering terbangun sekali-kali jika batuk.
g. Konsep Diri
Identitas : klien berjenis kelamin laki-laki dan senang dengan identitasnya sebagai laki-laki.
Harga diri : klien merasa bahwa ia berharga bagi anggota keluarga yang lain dan ingin segera cepat sembuh.
Ideal diri : klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai petani karena sakit.
Gambaran diri : klien merasa ia adalah seorang anggota masyarakat yang baik dan kepala keluarga yang baik.
Peran : klien bekerja sebagai petani yang rajin dan sebagai kepala keluarga yang baik bagi anggota keluarganya.
h. Pola Koping – Intoleransi Stres
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis tentang kondisi penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda klien menyerahkan kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim medis, N : 80x/ mnt, R : 22x/ mnt, ekspresi wajah tampak tenang karena klien percaya ia bisa disembuhkan. Dalam mengatasi masalah klien sering meminta bantuan orang lain.
i. Pola Peran – Hubungan
Hubungan klien dengan anggota keluarga berjalan dengan baik. Klien bekerja sebagai seorang petani, sudah menikah. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik.
j. Pola Seksual – Reproduksi
Klien sudah menikah, mempunyai 1 orang anak, istri masih hidup. Klien tidak lagi melakukan hubungan seksual karena keadaan yang sedang sakit.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien beragama Kristen Protestan, klien percaya dan yakit pada TYME.
4. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
BB : 40 kg
Head to Toe
- Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mata
Inspeksi : sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, sekret tidak ada
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mulut
Inspeksi : bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada
- Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
- Thorax/ dada
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonur kiri dan kanan
Auskultasi : ronchi +/ +, wheezing +/ +a
- Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
Perkusi : tidak kembung
Auskultasi : bising usus normal
- Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5% 20 gtt/ mnt
Bawah : akral hangat, tidak ada odem
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tgl. 8-8-2008
Jenis Hasil Normal
HB
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Asam urat
Protein total
Albumin 5,7 g/ dL
2,03 uL
7400 uL
230.000 uL
67 mg/ dL
31 mg/ dL
1,1 mg/ dL
8,5 mg/ dL
7,6 mg/ dL
2,2 mg/ dL 13-17 g/ dL
4,20-5,40 uL
5.000-10.000 uL
150.000-450.000 uL
110-160 mg/ dL
10-50 mg/ dL
0,6-1,1 mg/ dL
2,4-7,0 mg/ dL
6,6-8,3 mg/ dL
3,7-5,3 mg/ dL
b. Foto thorax
Hasil : tampak TB Paru
c. Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis
6. Terapi
Tgl. 11-08-2008
IVFD Dextrose 5% 20 gtt/ mnt
Cefixime 2 x 100 mg tab
Ranitidine 2 x 1 amp inj
Codein 3 x 20 gr tab
Rifampisin 150 mg 1 x 3 tab
INH 750 mg 1 x 3 tab
PZA 400 mg 1 x 3 tab
Etambutol 275 mg 1 x 3 tab
B6 1 x 1 tab
Alupurinol 100 mg tab 1-0-0
7. Klasifikasi Data
DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain
- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - TTV
TD : 130/80 mmHg N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +
- aktivitas dibantu orang lain
- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%
- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg
- pendidikan klien tamat SD
ANALISA DATA
No Data Dampak Masalah Masalah
1 DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
DO : - TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +
- sputum kental Peradangan parenkim paru
â
Keluarnya eksudut dalam alveoli
â
Peningkatan produksi sputum
â
Kemampuan batuk menurun
â
Tertahannya sekresi
â
Jalan nafas terganggu Bersihan jalan nafas tidak efektif
2 DS : - klien mengatakan aktivitasnya dibantu
DO : - BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang IVFD dextrose 5% di lengan kanan Proses penyakit
â
Kelemahan tubuh
â
Terpasang infuse di lengan kanan
â
Aktivitas terbatas Intoleransi aktivitas
3 DS : - klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
DO : - BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg Adanya sputum pada saluran pernafasan dan di bagian mulut
â
Batuk produktif
â
Peningkatan frekuensi pernafasan
â
Nafsu makan menurun Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4 DS : - klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - pendidikan klien tamat SD Tingkat pendidikan tamat SD
â
Kurang informasi tentang penyakitnya
â
Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan
Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum ditandai dengan :
DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
DO : - TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +
- sputum kental Bersihan jalan nafas kembali efektif setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari dengan kriteria hasil:
- batuk berlendir berkurang atau hilang
- sekret encer
- tanda-tanda vital dalam putus normal
- ronchi -/-
1. Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi, kecepatan dan irama setiap jam 06.00, 12.00, 18.00 setiap hari
2. Observasi tanda-tanda vital setiap jam 06.00, 12.00, 18.00 setiap hari
3. Atur posisi klien dengan posisi semi fowler setiap kali klien merasa sesak nafa
4. Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif pada pertemuan pertama
5. Anjurkan pasien untuk gunakan teknik batuk efektif setiap ingin batuk
6. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan sedikitnya 2.500 ml/ hari
7. Kolaborasi beri obat sesuai instruksi dokter
Ranitidine inj 2x1 amp (06.00 & 18.00)
Cefixime 2x1 tab (06.00, 12.00, 18.00)
Codein 3x1 tab (06.00, 12.00, 18.00)
Rifampisin 1x3 tab (06.00)
INH 1x3 tab (06.00)
PZA 1x3 tab (06.00)
Etambutol 1x3 tab (06.00)
B6 1x1 tab (06.00)
Alupurinol 1-0-0 (06.00)
1. Penurunan fungsi nafas dapat menunjukkan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas.
2. Penyimpangan normal TTV menunjukkan perubahan status pasien.
3. Posisi membantu ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
4. Memaksimalkan ventilasi dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar sebagai mudah dikeluarkan
5. Melatih pasien untuk dapat belajar mengatasi batuk yang dialaminya.
6. Pemasukan cairan yang banyak membantu mengencerkan sekret.
7. Beri obat dengan teratur mempercepat proses penyembuhan 11-8-08, jm.08.00
1. Melakukan pengkajian frekuensi pernafasan 24x/ mnt, iramanya teratur, terdengar ronchi dan jenis pernafasan torakal abdominal
11-8-08, jm.12.00
2. Mengukur TTV
TD : 130/80mmHg
N : 84 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
- Mengawasi klien minum obat codein 1 tablet dan cefixime 1 tablet
11-8-08, jm.12.15
3. Merubah posisi tidur klien dari tidur satu bantal menjadi posisi semi fowler
11-8-08, jm.13.15
4. Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif pada klien
11-8-08, jm.13.30
5. Menganjurkan pasien untuk gunakan teknik batuk efektif setiap batuk
11-8-08, jm.13.45
6. Menganjurkan keluarga dan klien untuk memenuhi asupan cairan yang cukup bagi klien dengan minum air putih yang banyak + 2500 ml/ hari
11-8-08, jm.18.00
7. Memberikan obat sesuai instruksi ranitidine inj 1 ampul/ 3 cc melalui IVFD
Menganjurkan klien untuk minum obat tablet secara teratur dan tidak boleh berhenti S : - klien mengatakan sesak berkurang setelah diatur pada posisi semi fowler
- klien mengatakan sputum yang keluar banyak
O : - TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
A : masalah belum teratasi
P : - kaji fungsi pernafasan setiap jam 06.00, 12.00, 18.00
- observasi TTV setiap 8 jam
- pertahankan posisi tidur semi fowler
- anjurkan klien untuk minum air putih yang banyak
- anjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik batuk efektif setiap batuk
2 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses penyakit ditandai dengan :
DS : - klien mengatakan aktivitasnya dibantu
DO : - BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infus dextrose 5% di lengan kanan Klien dapat beraktivitas dengan baik dengan kriteria hasil :
- Klien dapat beraktivitas secara mandiri
- BAB dan BAK dilakukan sendiri di toilet
1. Monitor derajat mobilitas dengan menggunakan skala ketergantungan
2. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan tingkat ketergantungannya
3. Anjurkan klien untuk beraktivitas secara bertahap
4. Beri reinforcement positif terhadap tingkat keberhasilan klien
1. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan
2. Memenuhi kebutuhan sehari-hari klien
3. Melatih klien untuk tidak tergantung dan secara bertahap bisa mandiri
4. Pujian membangkitkan semangat pasien untuk bisa mandiri 11-8-08, jm.08.00
1. Melakukan observasi derajat ketergantungan pada klien. mandi = 4, berpakaian = 4, eliminasi = 3, mobilisasi = 2, pindah = 4, ambulasi = 4, naik tangga = 4. Hasil : terjadi ketergantungan
11-8-08, jm.08.10
2. Membantu pasien dalam eliminasi BAK dengan menyediakan urinal dan pispot pada saat BAB
11-8-08, jm.08.15
3. Menganjurkan klien untuk bisa melakukan mobilisasi miring kiri, miring kanan dan duduk secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Hasil : klien bisa melakukan mobilisasi miring kiri dan miring kanan
11-8-08, jm.08.15
4. Memberikan pujian pada klien karena klien sudah bisa mobilisasi secara mandiri
S : - klien mengeluh belum bisa sepenuhnya beraktivitas masih terbatas pada mobilisasi
- klien mengeluh merasa lelah
O : - klien belum bisa melakukan seluruh aktivitas
- BAB dan BAK di tempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : - bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
- anjurkan klien untuk beraktivitas secara mandiri
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d produksi sputum dan anoreksia ditandai dengan :
DS : - klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
DO : - BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg Menunjukkan peningkatan nutrisi dengan kriteria hasil :
- Peningkatan BB
- Bebas tanda malnutrisi
1. Catat nutrisi klien pada penerimaan, BB, turgor kulit, adanya riwayat mual muntah atau tidak
2. Awasi masukan makanan dan cairan. Awasi pengeluaran urine, keringat timbang BB setiap hari
3. Anjurkan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering dengan makanan TKTP
4. Kolaborasi ahli gizi komposisi diit
Pagi : bubur dan telur,
Siang : nasi, telur/ ikan, sayur, sup, buah,
Sore : ekstra telur,
Malam : nasi, telur/ ikan, sayur
1. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan pilihan intervensi yang tepat
2. Berguna mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
3. Memaksimalkan masukan nutrisi sebagai kebutuhan energi
4. Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan nutrisi yang adekuat 12-8-08, jm.08.00
1. Mencatat status nutrisi klien, hasil nutrisi pasien kurang dari kebutuhan, BB saat masuk : 40 kg, turgor kulit baik, mual muntah tidak ada, nafsu makan menurun
12-8-08, jm.08.058
2. Mengganti cairan infuse dari NaCl 0,9% diganti dextrose 5% 20 gtt/ mnt, BB : 40 kg
12-8-08, jm.08.10
3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
12-8-08, jm.12.00
4. Mengawasi pola makan pasien, hasil klien menghabiskan makanannya, porsi makan sedikit S : - klien mengatakan sudah bisa makan walaupun masih dalam porsi
O : - porsi makan dihabiskan
- frekuensi makan meningkat
- BB 40 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : - awasi masukan dan pengeluaran
- timbang BB setiap hari
- menganjurkan klien untuk tetap mempertahankan masukan nutrisi
4 Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi ditandai dengan :
DS : - klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - tingkat pendidikan klien tamat SD Klien mengerti tentang penyakitnya setelah diberikan penyuluhan dengan kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang penjelasan yang diberikan
- Klien dapat menjelaskan kembali secara umum penjelasan yang diberikan
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit TBC yang dialaminya
2. Jelaskan pada klien pentingnya perawatan dan pengobatan di rumah sakit
3. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit, pengobatan dan pencegahan
4. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang dosis obat, frekuensi, alasan pengobatan lama dan akibat putus obat
1. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
2. Perawatan pengobatan di rumah sakit penting untuk mengurangi komplikasi
3. Memberikan pengetahuan pada klien tentang penyakitnya
4. Mencegah pasien putus obat, dan meningkatkan kerja sama dalam pengobatan 13-8-08, jm.08.00
1. Mengukur kemampuan klien untuk belajar, hasil klien mau diberikan penyuluhan
13-8-08, jm.08.20
2. Memberikan penyuluhan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan di rumah sakit
13-8-08, jm.09.00
3. Memberikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita klien
13-8-08, jm.09.30
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan dan dampak berhenti minum obat yaitu pengobatan dimulai dari pertama dan penyakit yang diderita bisa bertambah parah. S : - klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit yang diderita
O : - klien dapat menjelaskan kembali pentingnya putus obat dan akibat putus obat
A : masalah teratasi
P : - anjurkan klien dan keluarga berobat secara teratur dan tidak boleh putus obat
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
Senin,
11-08-08 I
I, II
I
I
I
I
I, II, III
I, II 08.00
08.15
13.15
13.25
13.30
13.45
18.00
18.00
- Mengkaji fungsi pernafasan klien
Hasil : pernafasan cepat, frekuensi 24 x/ mnt, irama teratur, jenis pernafasan torakal/ abdominal
- Melakukan pengukuran TTV :
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
- Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
Hasil : klien dapat melakukan dengan baik, klien dapat mengeluarkan sekret, warna putih, encer jumlah + ½ sendok makan
- Merubah posisi tidur klien dari tidur terlentang menjadi semi fowler
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik batuk efektif setiap kali ingin batuk
- Menganjurkan keluarga dan klien untuk memenuhi asupan cairan yang cukup bagi klien dengan minum air yang banyak
- Memberikan obat sesuai instruksi
Ranitidine 1 ampul dan menganjurkan klien untuk minum obat tablet secara teratur dan tidak boleh putus
- Mengkaji TTV dan fungsi pernafasan
Hasil :
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,2oC
Fungsi pernafasan baik, irama teratur, frekuensi 22 x/ mnt
S : - klien mengatakan masih batuk berlendir
- klien mengeluh masih sesak nafas
O : - TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,2oC
A : masalah belum teratasi
P : - kaji fungsi pernafasan setiap jam 06.00, 12.00, 18.00
- observasi TTV setiap pukul 06.00, 12.00, 18.00
- anjurkan klien untuk menggunakan teknik batuk efektif setiap ingin batuk
- anjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi cairan yang banyak
- pertahankan posisi semi fowler
Selasa,
12-8-08 II
III
I
III
II, III
II
I, III
I
I, II 08.00
08.00
08.00
08.05
08.10
08.15
12.00
13.15
18.00
- Melakukan observasi derajat ketergantungan pada klien
Hasil :
Mandi = 2, berpakaian = 2, eliminasi = 3, mobilisasi = 2, pindah = 3, ambulasi = 2, naik tangga = 3
- Mencatat status nutrisi klien
Hasil : nutrisi kurang dari kebutuhan, BB saat masuk RS : 40 kg, turgor kulit baik, mual muntah tidak ada, nafsu makan menurun
- Melakukan pengkajian frekuensi pernafasan 22x/ mnt, irama teratur, jenis pernafasan torakal abdominal
- Mengganti cairan infuse dari NaCl 0,9% diganti dextrose 5% 20 gtt/ mnt, menimbang BB hasil BB : 40 kg
- Membantu pasien untuk eliminasi BAK dan mobilisasi
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
- Menganjurkan klien untuk bisa melakukan mobilisasi sendiri tanpa bantuan orang lain
Hasil : klien mau melakukan aktivitas
- Mengukur TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
- Mengawasi pola makan pasien
Hasil : klien menghabiskan makanannya porsi makan sedikit
- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik batuk efektif setiap ingin batuk
- Memberikan suntikan ranitidine inj 1 ampul via IVFD, menganjurkan klien untuk minum obat tablet secara teratur Diagnosa I
S : - klien mengatakan masih batuk berlendir
- klien mengatakan sesak nafas berkurang
O : - sputum putih kental
- R : 22 x/ mnt
A : masalah teratasi sebagian
P : - pertahankan posisi semi fowler
- kaji frekuensi pernafasan, jenis dan irama setiap jam 06.00, 12.00, 18.00
Diagnosa II
S : - klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu
O : - BAK dilakukan di tempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : - bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari
- anjurkan untuk beraktivitas secara mandiri dengan bertahap
Diagnosa III
S : - klien mengatakan sudah bisa makan walaupun dalam porsi yang sedikit
O : - porsi makan dihabiskan
- frekuensi makan meningkat
A : masalah teratasi sebagian
P : - awasi pemasukan dan pengeluaran
- timbang BB tiap hari
- anjurkan klien untuk tetap makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rabu,
13-8-08 I, II, III, IV
III 08.00
08.20
08.30
09.00
10.00
10.10
12.00
13.00
18.00
- Melakukan pengkajian frekuensi pernafasan 24 x/ mnt, irama teratur, jenis pernafasan torakal abdominal
- Observasi derajat ketergantungan, mandi = 2, berpakaian = 2, eliminasi = 2, mobilisasi = 0, pindah = 3, ambulasi = 2, naik tangga = 3
- Mengukur kemampuan klien untuk belajar
Hasil : klien mau diberikan penyuluhan
- Memberikan penyuluhan kepada klien tentang pentingnya perawatan di rumah sakit, proses penyakit, alasan pengobatan lama dan akibat putus obat
- Mengatur posisi pasien semi fowler
- Mengganti cairan dari dextrose 5% dengan dextrose 5%
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik batuk efektif setiap ingin batuk
- Menganjurkan klien untuk terus meningkatkan aktivitas secara mandiri
- Mengobservasi TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
- Mengawasi pola makan klien, klien makan dengan porsi sedikit makanan dihabiskan
- Menimbang BB pasien
Hasil : BB = 40 kg
- Memberikan suntikan via IVFD ranitidine 1 ampul
- Menganjurkan untuk minum obat secara teratur jangan sampai putus obat dan akibat putus obat
- Menjelaskan bahwa tugas di ruangan telah selesai Diagnosa I
S : - klien mengeluh batuk berlendir
O : - sputum kental
- TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
A : masalah belum teratasi
P : - pertahankan posisi semi fowler
- anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan
- anjurkan untuk tetap gunakan teknik batuk efektif
Diagnosa II
S : - klien mengatakan belum bisa beraktivitas sepenuhnya masih terbatas pada mobilisasi
O : - BAB dan BAK di tempat tidur
- berpakaian dibantu oleh keluarga
A : masalah belum teratasi
P : - anjurkan klien beraktivitas mandiri secara bertahap
Diagnosa III
S : - klien mengatakan sudah bisa dalam porsi sedikit
- klien mengatakan sering makan
O : - porsi makan sedikit, makanan dihabiskan
- BB : 40 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : - anjurkan klien tetap mempertahankan asupan nutrisi yang
- timbang BB setiap hari
Diagnosa IV
S : - klien mengungkapkan mengerti tentang cara pencegahan penularan penyakit dan akibat putus obat
O : - klien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan akibat putus obat
- klien dapat minum obat sendiri
A : masalah teratasi
P : -
RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN
Topik : Tuberkolosis Paru, Pencegahan dan Akibat Putus Obat
Tujuan : Meningkatkan Pengetahuan dan Mencegah Klien Putus Obat
Sasaran : Klien dan Keluarga
Tempat : Irina C2 Kamar 212 RSU Prof. R.D. Kandou Manado
Tanggal : 13 Agustus 2008 jam 08.20 wita
No Tujuan Khusus Materi Metode Media Aktivitas KMB Evaluasi
Petugas Kesehatan Klien Proses Hasil
1 Klien dan keluarga memahami penyakit tuberkulosis paru Konsep TB Paru
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala
4. Cara penularan -Ceramah
-Tanya jawab - Flip chart
- Leaflet Menjelaskan kepada klien dan keluarga konsep tuberkolosis paru Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika tidak mengerti - Apa itu penyakit tuberkolosis?
- Penyebabnya?
- Gejalanya?
- Cara penularan? Klien dan keluarga memahami tentang konsep penyakit tuberkolosis paru
2 Klien dan keluarga mengerti tentang alasan dirawat di RS, pentingnya pengobatan dan akibat dari putus obat - Alasan dirawat di RS
- Pentingnya pengobatan dan akibat putus obat - Ceramah
- Tanya jawab - Flip chart
- Leaflet Menjelaskan :
- Alasan dirawat di RS
- Pentingnya pengobatan dan akibat putus obat Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika putus obat satu hari saja - Mengapa dirawat di RS?
- Kenapa pentingnya pengobatan?
- Akibat dari putus obat - Klien dan keluarga mengerti mengapa dirawat di RS
- Klien dan keluarga mengerti pentingnya pengobatan dan akibat putus obat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran
Saran penulis kepada masyarakat dalam mengenai penyakit tuberkulosis yaitu, Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif. Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga. Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. 1999 : Jakarta.
Marilynn Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. 2001 : Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Jilid I, EGC. 1999 : Jakarta.
Arjatmo Tjokronegoro, Prof, dr. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar